Wednesday 29 December 2010

Ayang Ayang Gung



Barudak baheula mah abah keur budak mun di pépéndé ku kolot abah téh sok di panghaleuangkeun sababaraha lagu, nu sabagian masih kénéh ka impleng ku abah..

Salah sahiji na nyaéta lagu “Ayang-ayang Gung”.. salah sahiji lagu nu eueina ngritik pamaréntahan kangjeng dalemTANUWIJAYA salah sahiji bupati mimiti di Sumedang nu asli turunan sunda...
Sok nyanyikeun...terus tengetkeun eusi tina lagu....

Ayang-ayang gung, gung....
Gung goongna ramé, mé...
Ménak  ki mastanu, nu..
nu jadi wadana, na..
naha manéh kitu, tu...
tukang olo olo, lo...
loba anu giruk, ruk...
ruket jeung kumpeni, ni...
niat naék pangkat, kat...
katon kagorengan, ngan...
ngantos kangjeng dalem,
lempa lempi lempong
ngadu pipi jeung nu ompong....


salah sahiji dokumén anu nerangkeun tentang sajarah lagu “ayang-ayang gung”

Tanuwijaya peletak dasar Negeri Bogor

Riesz. dalam "De Geschiedenis van Buitenzorg" (1887) menjelaskan bahwa TANUWIJAYA adalah orang Sunda dari Sumedang yang berhasil membentuk "pasukan pekerja" dan mendapat perintah dari Camphuijs untuk membuka Hutan Pajajaran sampai akhirnya ia mendirikan Kampung Baru yang menjadi tempat "kelahiran" (de bakermat) Kabupaten Bogor yang didirikan kemudian. [Tanuwijaya dalam catatan VOC disebut "Luitenant der Javanen" (Letnan orang-orang Jawa dan merupakan Letnan Senior diantara teman-temannya. Kampung Baru yang didirikannya ada di Cipinang (Jatinegara) dan di Bogor. Yang di Bogor mula-mula bernama Parung Angsana. Tetapi ketika Tanuwijaya pindah dari Kampung Baru Cipinang ke sana, ia kemudian memberi nama Kampung Baru. Sekarang bernama TANAH BARU]

Terpengaruh oleh kunjungannya ke bekas Ibukota Pakuan bersama Scipio, ia kemudian ingin mendekatkan diri dengan peninggalan Siliwangi. Kampung-kampung seperti Parakan Panjang, Parung Kujang, Panaragan, Bantar Jati, Sempur, Baranangsiang, Parung Banteng dan Cimahpar adalah kampung-kampung yang didirikan oleh Tanuwijawa bersama pasukannya. Kampung Baru (Parung Angsana) saat itu sudah menjadi semacam "pusat pemerintahan" bagi kampung-kampung yang didirikan secara terpencar oleh anak buahnya. Tanuwijaya pula yang mengambil inisiatif membuat garis batas antara daerah pemukiman orang-orang Banten dengan orang-orang Kumpeni ketika rakyat Pangeran Purbaya mulai membangun pemukiman pada daerah aliran Cikeas. [Sementara itu daerah aliran Ciliwung antara Kedung Badak sampai Muara Beres telah ditempati orang-orang MATARAM yang tidak mau kembali ke daerah asalnya setelah tercapainya persetujuan antara Mataram dan VOC tahun 1677. Sebagian dari mereka adalah pelarian pasukan BAHUREKSO, sebagian lagi kelompok resmi yang dikirimkan oleh SUNAN AMANGKURAT I tahun 1661 ke Muara Beres bekas basis pasukan Rakit Mataram ketika mengepung Benteng Batavia].

Rasa hormat Tanuwijaya terhadap bekas Ibukota Pakuan demikian besar sampai gerakan okupasinya dihentikkan pada sisi utara Ciliwung. Ia tidak berani melintasinya. Juga kepada rekan-rekannya yang berniat melintasi sungai tersebut dianjurkan agar melakukannya jauh di sebelah hulu (Ciawi dan Cisarua).

[Almarhum M.A. Salmun pernah menulis dalam Majalah Intisari (salah satu nomor tahun pertama), bahwa MENAK KI MAS TANU dalam lirik lagu AYANG-AYANG GUNG itu dimaksudkan Tanuwijaya ini. Entahlah, akan tetapi hampir tiap baris lirik lagu itu dapat diterapkan kepada keadaan Tanuwijaya dalam riwayat hidupnya. Ia memang anak emas Kumpeni dan dibenci oleh rekan-rekannya. Ia ditunjuk oleh Camphuijs menggantikan Letnan Pangirang (orang Bali) untuk membuka daerah selatan.

Rupa-rupanya kedekatan batin Tanuwijaya dengan Pajajaran telah melonggarkan ketaatannya terhadap Kumpeni. Ia tentu merasakan kepahitan bahwa sebagai seorang letnan tetap harus tunduk kepada seorang sersan seperti Scipio yang kulit putih, padahal ia sendiri menjadi atasan sersan pribumi. Akhirnya "anak emas" Kumpeni ini menjadi sekutu dan pelindung Haji Perwatasari yang bangkit mengangkat senjata terhadap perluasan daerah kekuasaan VOC. Mereka kalah dan Tanuwijaya dibuang ke Tanjung Harapan di Afrika.

Orang dulu menyindir Tanuwijaya dengan "lempa lempi lempong, ngadu pipi jeung nu ompong" (ia mengejar harapan kosong dan bermesraan dengan orang tidak bergigi) Yang dimaksudkan dengan "orang tidak bergigi" di sini adalah Perwatasari yang kalah dalam perjuangan.
 
Dalam masa penjajahan Belanda, penyusun Babad Bogor (1925), tidak berani mencantumkan nama Tanuwijaya sebagai "bupati pertama". Dalam daftar silsilah biasanya selalu dicantumkan MENTENGKARA atau MERTAKARA kepala Kampung Baru yang ketiga (1706 - 1718). Ia adalah putera Tanuwijaya (menurut De Haan). Sebaliknya para penulis Belanda, lebih leluasa menyebutkan Tanuwijaya sebagai Bupati Kampung Baru pertama dan peletak dasar Kabupaten Bogor.

Pengalaman Tanuwijaya dengan Kumpeni adalah mirip dengan pengalaman  UNTUNG SURAPATI. Akan tetapi, jika benar lirik "Ayang-ayang Gung" diciptakan untuk menyindir Tanuwijaya, maka kita patut merenungkannya kembali].

Tahun 1745, 9 distrik, yaitu Cisarua, Pondok Gede, Ciawi, Ciomas, Cijeruk, Sindangbarang, Balubur, Darmaga dan Kampung Baru digabungkan menjadi satu "pemerintahan" di bawah kepala Kampung Baru dan diberi gelar DEMANG. Gabungan 9 distrik inilah yang dahulu disebut "Regentschap Kampung baru" atau "Regentschap Buitenzorg". Atas dasar itulah kedua sungai (Cisadane dan Ciliwung) dalam lambang Kabupaten Bogor masing-masing digambarkan dengan 9 baris gelombang. Ada benarnya apa yang dikemukakan Riesz, bahwa Kampung Baru (Tanah Baru) adalah "de bakermat" (tempat kelahiran) Kabupaten Bogor.


2 comments:

  1. Assalamu Alaikum Wr Wb Wilujeung patepang sareng simkuring anu linggihna dikota hujan. maos tina kawih atanapi lagu sareng cariosan ieu simkuring emut kapungkur nuju sakola tawun 1966 lagu ayang ayang gung nyaeta janteun lagu wajib. syair lagu ieu teh ngandung siloka saur nungartos. tah simkuring nyuhunken tina lagu ayang ayang gung ieu hartosna sareng saha nunyiptakennana. hatur nuhun diatospisan di Dayeuh Bogor Wasalamu alaikum Wr Wb

    ReplyDelete
  2. pami sejarahna-mah raraosan ku abdi parantos di serat diluhur..mung pami pencipta ieu lagu seueur pisan versina..numawi simkuring teu kumawantun bilih lepat..hatur nuhun!

    ReplyDelete

Hatur nuhun kana koméntarna, langkung payus pami koméntarna ngenaan posting nu nuju dibahas

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...